PANCASILA SI UCOK Si Ucok Klas III SD Mendapat tugas dari Guru PPKN bahwa besok masing-masing murid besok harus maju ke depan klas untuk menghapal PANCASILA. Esok harinya anak-anak klas III SD tsb masing dengan sifatnya anak-anak, ada yang santai-santai saja ada yang tegang menunggu giliran, tapi yang kelihatan percaya diri adalah si Ucok anak dari Medan karena dia hapal sekali jadi dia begitu enjoy malah sempat menggoda temennya yang lagi kelihatan bingung. Giliran pertama maju kedepan adalah si Bejo walaupun agak gugup dia masih bisa hapal Pancasila. Anak-anak bersorak sorai memberi semangat kepada Bejo. Giliran kedua si Buyung maju ke depan klas ternyata si buyung lebih lancar alias hapal sedikit dari si Bejo sehingga tepuk tangan lebih meriah terdengar. Kemudian guru PPKN berkata, "Anak-anak, Bapak merasa bangga dengan kalian. Kedua teman kalian hebat. Sekarang kita sambut teman kita, Ucok..." kata bapak guru. Ucok dengan gaya khasnya dari Medan apalagi dia merasa hapal sekali dan percaya diri yang tinggi maju kedepan semua teman-temannya hening menunggu Ucok menghapalkan Panca sila. "PancaSila!", awal si Ucok. "Satu," kata siUcok dengan gaya bahasa bataknya yang kental, "Ketuhanan Yang Maha Esa!" "Dua. Kemanusiaan yang adil dan beradab!". Sampai disini teman-temannya memberi tepuk tangan yang meriah sekali. Saking meriahnya si Ucok ikut terbawa sehingga dia lupa Pancasila yang ketiga itu apa. Semua teman-temannya diam dan kelas hening. Si Ucok tambah bingung, yang dihapal kok jadi hilang. Keringat bercucuran Si Ucok sudah habis akal. Dia lupa sama sekali sila yang ketiga dan seterusnya itu apa. Tapi namanya si Ucok tidak kalah akal. Dengan gaya bataknya yang khas dan suara yang nyaring diucapkanlah "Tiga, Empat dan Lima, tidak ada perubahan!!" kemudian negloyor duduk ke bangkunya.